Minggu, 20 Februari 2011

PROSEDUR TETAP TRANSPORTASI PASIEN KE RUMAH SAKIT bag 1

Tranportasi bukanlah sekedar mengantar pasien ke rumah sakit. Serangkaian tugas harus dilakukan sejak pasien dimasukkan ke dalam ambulans hingga diambil alih oleh pihak rumah sakit. Mempersiapkan pasien untuk transportasi, tindakan di bawah ini harus diperhatikan dalam mempersiapkan pasien yang akan ditransport:
1. Lakukan pemeriksaan menyeluruh.
    Pastikan bahwa pasien yang sadar bisa bernafas tanpa kesulitan setelah diletakan di atas usungan. Jika pasien tidak sadar dan menggunakan alat bantu jalan nafas (airway), pastikan bahwa pasien mendapat pertukaran aliran yang cukup saat diletakkan di atas usungan.
2. Amankan posisi tandu di dalam ambulans.
    Pastikan selalu bahwa pasien dalam posisI aman selama perjalanan ke rumah sakit. Tandu pasien dilengkapi dengan alat pengunci yang mencegah roda usungan brgerak saat ambulans tengah melaju. Kelalaian mengunci alat dengan sempurna pada kedua ujung usungan bisa berakibat buruk saat ambulans bergerak.
3. Posisikan dan amankan pasien.
    Selama pemindahan ke ambulans, pasien harus diamankan dengan kuat ke usungan. Bukan berati bahwa pasien harus ditransport dengan posisi seperti itu. Perubahan posisi di dalam ambulans dapat dilakukan tetapi harus disesuaikan dengan kondisi penyakit atau cederanya. Pada pasien tak sadar yang tidak memiliki potensi cedera spinal, ubah posisi ke posisi recovery (miring ke sisi) untuk menjaga terbukanya jalan nafas dan drainage cairan. Pada pasien dengan kesulitan bernafas dan tidak ada kemungkinan cedera spinal akan lebih nyaman bila ditransport dengan posisi duduk. Pasien syok dapat ditransport dengan tungkai dinaikkan 8-12 inci. Pasien dengan potensi cedera spinal harus tetap diimobilasasi dengan spinal board dan posisi pasien harus diikat erat ke usungan.
4. Pastikan pasien terikat dengan baik dengan tandu.
    Tali ikat keamanan digunakan ketika pasien siap untuk dipindahkan ke ambulans, sesuaikan kekencangan tali pengikat sehingga dapat menahan pasien dengan aman tetapi tidak terlalu ketat yang dapat mengganggu sirkulasi dan respirasi atau bahkan menyebabkan nyeri.
5. Persiapkan jika timbul komplikasi pernafasan dan jantung.
    Jika kondisi pasien cenderung berkembang ke arah henti jantung, letakkan spinal board pendek atau papan RJP di bawah matras sebelum ambulans dijalankan. Ini dilakukan agar tidak perlu membuang banyak waktu untuk meletakkan dan memposisikan papan seandainya jika benar terjadi henti jantung.
6. Melonggarkan pakaian yang ketat.
    Pakaian dapat mempengaruhi sirkulasi dan pernafasan. Longgarkan dasi dan sabuk serta buka semua pakaian yang menutupi leher. Luruskan pakaian yang tertekuk di bawah tali ikat pengaman. Tapi sebelum melakukan tindakan apapun, jelaskan dahulu apa yang akan Anda lakukan dan alasannya, termasuk memperbaiki pakaian pasien.
7. Periksa perbannya.
    Perban yang telah di pasang dengan baik pun dapat menjadi longgar ketika pasien dipindahkan ke ambulans. Periksa setiap perban untuk memastikan keamanannya. Jangan menarik perban yang longgar dengan enteng. Perdarahan hebat dapat terjadi ketika tekanan perban dicabut secara tiba-tiba.
8. Periksa bidainya.
    Alat-alat imobilisasi dapat juga mengendur selama pemindahan ke ambulans. Periksa perban atau kain mitella yang menjaga bidai kayu tetap pada tempatnya. Periksa alat-alat traksi untuk memastikan bahwa traksi yang benar masih tetap terjaga. Periksa anggota gerak yang dibidai perihal denyut nadi bagian distal, fungsi motorik, dan sensasinya.
9. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien.
    Bila tidak ada cara lain bagi keluarga dan teman pasien untuk bisa pergi ke rumah sakit, biarkan mereka menumpang di ruang pengemudi-bukan di ruang pasien- karena dapat mempengaruhi proses perawatan pasien. Pastikan mereka mengunci sabuk pengamannya.
10. Naikkan barang-barang pribadi.
     Jika dompet, koper, tas, atau barang pribadi pasien lainnya dibawa serta, pastikan barang tersebut aman di dalam ambulans. Jika barang pasien telah Anda bawa, pastikan Anda telah memberi tahu polisi apa saja yang dibawa. Ikuti polisi dan isilah berkas-berkas sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
11. Tenangkan pasien.
      Kecemasan dan kegelisahan seringkali menerpa pasien ketika dinaikkan ke ambulans. Tidak hanya karena diikat dengan tali pengaman yang kuat atau karena berada dalam ruangan yang sempit, tapi juga karena merasa tiba-tiba dipisahkan dari anggota keluarga dan teman-temannya. Ucapkan beberapa patah kata dan tenangkan pasien dengan cara yang simpatik. Perlu diingat bahwa mainan seperti boneka beruang dapat berarti banyak untuk menenangkan pasien anak yang ketakutan. Ingatan akan kejadian tabrakan, kebingungan, keributan, cedera, rasa nyeri, kehilangan orang tua, perawatan atas cedera yang ada, dan pengumpulan informasi oleh Anda akan menimbulkan kesan pengalaman yang menakutkan bagi pasien anak. Senyum dan nada suara yang menenangkan adalah hal yang penting dan dapat menjadi perawatan kritis yang paling dibutuhan oleh pasien anak yang ketakutan.
    Ketika anda merasa bahwa pasien dan ambulans telah siap diberangkatkan, beri tanda kepada pengemudi untuk memulai perjalanan ke rumah sakit. Jika yang Anda tangani ini adalah pasien prioritas tinggi, maka tahap persiapan, melonggarkan pakaian, memeriksa perban dan bidai, menenangkan pasien, bahkan pemeriksaan vital sign dapat ditangguhkan dan dilakukan selama perjalanan daripada harus diselesaikan tetapi menunda transportasi pasien ke rumah sakit.

PROSEDUR TETAP MEMINDAHKAN PASIEN KE AMBULANS

    Pada saat ambulans datang anda harus mampu menjangkau pasien sakit atau cedera tanpa kesulitan, memeriksa kondisinya, melakukan prosedur penanganan emergensi di tempat dia terbaring, dan kemudian memindahannya ke ambulans. Pada beberapa kasus tertentu, misalnya pada keadaan lokasi yang berbahaya atau pasien yang memerlukan prioritas tinggi maka proses pemindahan pasien harus didahulukan sebelum menyelesaikan proses pemeriksaan dan penanganan emergensi diselesaikan. Jika dicurigai adanya cedera spinal, kepala harus distabilkan secara manual dan penyangga leher (cervical collar) harus dipasang dan pasien harus diimobilisasi di atas spinal board.
Pemindahan pasien ke ambulans dilakukan dalam 4 tahap berikut :
  1. Pemilihan alat yang digunakan untuk mengusung pasien.
  2. Stabilisasi pasien untuk dipindahkan
  3. Memindahan pasien ke ambulans
  4. Memasukkan pasien ke dalam ambulans
     Usungan ambulans beroda (wheeled ambulance stretcher) adalah alat yang paling banyak digunakan untuk memindahkan pasien ke ambulans. Stabilisasi merujuk pada urutan tindakan yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pasien sebelum dipindahkan. Pasien sakit atau cedera harus distabilkan agar kondisinya tidak memburuk. Perawatan luka dan cedera lain yang diperlukan harus segera diselesaikan, benda yang menusuk harus difiksasi, dan seluruh balut serta bidai harus diperiksa sebelum pasien diletakkan di alat pengangkut pasien.
Jangan menghabiskan banyak waktu untuk merawat pasien dengan cedera yang sangat buruk atau korban yang telah meninggal. Pada prinsipnya, kapanpun seorang pasien dikategorikan dalam prioritas tinggi, segera transpor dengan cepat. Penyelimutan pasien membantu menjaga suhu tubuh, mencegah paparan cuaca, dan menjaga privasi. Alat angkut (carrying device) pasien harus memiliki tiga tali pengikat untuk menjaga posisi pasien tetap aman. Yang pertama diletakkan setinggi dada, yang kedua setinggi pinggang atau panggul, dan yang ketiga setinggi tungkai. Kadang-kadang digunakan empat tali pengikat di mana dua tali disilangkan di dada. Jika pasien Anda tidak mungkin diangkut dengan tandu misalnya pada penggunaan spinal board dan hanya bisa diletakkan di atas tandu/usungan ambulans (ambulance stretcher), maka disyaratkan untuk menggunakan tali kekang yang dapat mencegah pasien tergelincir ke depan jika ambulans berhenti mendadak.

Rabu, 16 Februari 2011

PROSEDUR TETAP MENGOPERASIKAN AMBULANS GAWAT DARURAT

Jika Anda akan mengemudikan sebuah ambulans, diperlukan suatu pengetahuan dan
keterampilan khusus dalam mengemudi ambulans sehingga meskipun respon harus
dilakukan secara cepat namun perlu dihindari kecerobohan yang mungkin akan
membahayakan pasien, orang lain maupun kru ambulance itu sendiri.

A. Syarat Pengemudi Ambulans
Untuk menjadi seorang pengemudi ambulans yang aman, Anda harus :
  1. Sehat secara fisik. 
  2. Anda tidak boleh memiliki kelainan yang dapat menghambat. Anda dalam mengoperasikan ambulans, tidak juga kondisi medis yang mengganggu Anda saat mengemudi.
  3. Sehat secara mental. 
  4. Emosi terkontrol. 
  5. Mengemudikan ambulans bukanlah perkerjaan bagi seseorang yang gemar memainkan lampu dan sirine.
  6. Bisa mengemudi di bawah tekanan
  7. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri sebagai seorang pengemudi tapi jangan terlalu percaya diri dengan menantang resiko.
  8. Bersikap toleran dengan pengemudi lain. Selalu ingat bahwa orang akan bereaksi berbeda ketika melihat kendaraan emergensi. Terima dan toleransi kebiasaan buruk pengemudi lain tanpa harus marah.
  9. Tidak dalam pengaruh obat-obat yang berbahaya. Alkohol, obat-obatan terlarang seperti marijuana dan kokain, obat-obatan seperti antihistamin dan obat penenang lainnya.
  10. Mempunyai Surat Izin mengemudi yang masih berlaku.
  11. Pakai selalu kaca mata atau lensa kontak jika dibutuhkan saat menyetir.
  12. Evaluasi kemampuan diri dalam menyetir berdasarkan respon diri Anda terhadap tekanan perorangan, penyakit, kelelahan, dan mengantuk.

B. Aturan ambulans gawat darurat di jalan raya
   Setiap negara memiliki undang-undang yang mengatur pengoperasian kendaraan emergensi. Pengemudi ambulans umumnya dibebaskan dari aturan kecepatan, parkir, larangan menerobos lampu lalu lintas, dan arah jalan. Namun demikian, peraturan juga menggariskan bahwa jika seorang pengemudi ambulans mengemudikan kendaraannya tanpa memperdulikan keselamatan orang lain, maka harus siap membayar konsekuensinya - bisa berupa surat tilang, gugatan pengadilan, atau bahkan ditahan untuk beberapa waktu. Berikut adalah beberapa hal yang mencakup peraturan pengoperasian ambulans:

  1. Pengemudi ambulans harus memiliki lisensi mengemudi yang sah dan harus menyelesaikan program pelatihannya.
  2. Hak-hak khusus memperbolehkan pengemudi ambulans untuk tidak mematuhi peraturan ketika ambulans digunakan untuk respon emergency atau untuk transportasi pasien darurat. Ketika ambulans tidak dalam respon emergency, maka peraturan yang berlaku bagi setiap pengemudi kendaraan non-darurat, juga berlaku untuk ambulans.
  3. Walaupun memiliki hak istimewa dalam keadaan darurat, hal tersebut tidak menjadikan pengemudi ambulans kebal terhadap peraturan terutama jika mengemudikan ambulans dengan ceroboh atau tidak memperdulikan keselamatan orang lain.
  4. Hak istimewa selama situasi darurat hanya berlaku jika pengemudi menggunakan alat-alat peringatan (warning devices) dengan tata cara yang diatur oleh peraturan.
  5. Sebagian besar undang-undang memperbolehkan pengemudi kendaraan emergensi untuk :
  • Memarkir kendaraannya di manapun, selama tidak merusak hak milik atau membahayakan nyawa orang lain.
  • Melewati lampu merah dan tanda berhenti. Beberapa negara mengharuskan pengemudi ambulans untuk berhenti terlebih dahulu saat lampu merah, lalu melintas dengan hati-hati. Negara lain hanya menginstruksikan pengemudi untuk memperlambat laju kendaraan dan melintas dengan hati-hati.
  • Melewati batas kecepatan maksimum yang diperbolehkkan selama tidak membahayakan nyawa dan hak milik orang lain.
  • Mendahului kendaraan lain di daerah larangan mendahului setelah memberi sinyal yang tepat, memastikan jalurnya aman, dan menghindari hal-hal yang membahayakan nyawa dan harta benda.
  • Mengabaikan peraturan yang mengatur arah jalur dan aturan berbelok ke arah tertentu, setelah memberi sinyal dan peringatan yang tepat.
     Apabila terjadi kecelakaan/tabrakan ambulans, sebagian besar peraturan perundangan- undangan yang menyidangkan pengemudi di pengadilan akan mengemukakan dua hal penting. Apakah pengemudi telah memperdulikan keselamatan orang lain selama mengemudi? Dan apakah saat itu panggilan benar-benar dalam keadaan darurat?

C. Menggunakan Alat-alat Peringatan
    Pengoperasian kendaraan emergensi yang aman dapat dicapai hanya jika alat-alat peringatan dan sirine emergensi digunakan dengan tepat dan dengan mengemudikan kendaraan secara difensif/hati-hati. Penelitian menunjukkan bahwa supir kendaraan lain bisa saja tidak melihat atau mendengar suara ambulans hingga berada dalam jarak 50 sampai 100 kaki. Jadi jangan pernah beranggapan bahwa Anda berada dalam keadaan aman jika sudah menyalakan lampu peringatan dan sirine. 

Sirine adalah alat peringatan audio yang paling banyak digunakan dalam pratek ambulans dan juga paling sering disalahgunakan. Saat menyalakan sirine, pertimbangkan efeknya yang bisa terjadi baik pada pengendara bermotor lainnya, pasien dalam ambulans, maupun pengemudi ambulans itu sendiri. Di bawah ini beberapa aturan penggunaan sirine ambulans gawat darurat.

  1. Gunakan sirine secara bijak, dan gunakan hanya ketika perlu. Sirine hanya digunakan jika pengemudi dalam respon emergency, Suara sirine yang dinyalakan terus menerus dapat menambah rasa takut dan cemas pasien, dan kondisi pasien dapat memburuk jika mulai timbul stress. Pengemudi kendaraan bermotor
  2. Cenderung untuk tidak memberikan jalan pada ambulans jika sirine terlalu sering dinyalakan. Beberapa pengemudi menganggap bahwa ambulans seringkali menyalahgunakan sirine dalam keadaan non-emergensi.
  3. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Jangan pernah beranggapan bahwa semua pengendara kendaraan bermotor akan mendengar sinyal Anda. Adanya bangunan, pepohonan, dan semak belukar, radiotape dalam mobil dapat menghalangi suara sirine.
  4. Bersiaplah terhadap manuver aneh pengemudi lain, karena beberapa pengemudi menjadi panik jika mendengar bunyi sirine.
  5. Jangan berada di dekat kendaraan lain lalu membunyikan sirine tiba-tiba. Hal ini dapat menyebabkan pengemudi lain menginjak rem mendadak dan Anda tidak bisa berhenti tepat pada waktunya. Gunakan klakson ketika Anda berada dekat dengan kendaraan di depan Anda.
  6. Jangan menggunakan sirine sembarangan, dan jangan digunakan untuk menakuti orang lain.

Klakson adalah perlengkapan standar pada setiap ambulans. Pengemudi yang berpengalaman menyadari bahwa penggunaan klakson dengan bijak dapat membuka jalur lalu lintas secepat sirine. Petunjuk penggunaan sirine diaplikasikan juga untuk penggunaan klakson.
Peralatan Peringatan Visual. Dimanapun ambulans berada di jalan, siang ataupun malam, lampu depan harus selalu dinyalakan. Hal ini dapat meningkatkan jarak pandang kendaraan terhadap pengemudi lain. Ketika ambulans berada pada keadaan emergensi untuk pasien dengan prioritas tinggi, baik dalam perjalanan menuju lokasi kejadian maupun transportasi ke rumah sakit, semua lampu emergensi harus digunakan. Kendaraan harus bisa terlihat dari setiap sudut 360 derajat. 

GUNAKAN LAMPU DAN SIRINE HANYA UNTUK KEADAAN DARURAT YANG
MENGANCAM NYAWA ATAU BAGIAN TUBUH.


D. Kecepatan dan Keselamatan
    Sebagai pengemudi ambulans, Anda pasti sering sekali diingatkan untuk mengemudi dengan pelan dan hati-hati. Mungkin Anda akan berkelit dengan mengatakan seperti, ”Bagaimana aku dapat membawa pasien dengan cedera serius tepat waktu ke rumah sakit bila aku mengulur waktu? Kami tidak meminta Anda untuk mengulur waktu. Tetapi kemudikanlah ambulans dengan mengingat hal-hal yang tertera di bawah ini:
  1. Kecepatan yang berlebihan dapat menigkatkan kemungkinan terjadinya tabrakan.
  2. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang labih panjang untuk berhenti, sehingga dapat mengakibatkan hal-hal yang tidak diharapkan. Ingatlah bahwa peraturan di beberapa negara mungkin memperbolehkan Anda untuk tidak mematuhi peraturan lalu lintas dalam keadaan emergensi yang sebenarnya dan dengan memperdulikan keselamatan orang lain. Pengecualian dalam hal ini, mencakup aturan batas kecepatan, lampu merah dan tanda berhenti, dan peraturan lain serta sejumalh batasan larangan. Namun jangan lupa untuk selalu melintasi persimpangan dengan lampu peringatan peringatan, hindari menikung tiba-tiba, dan selalu menyalakan lampu penunjuk arah. Pastikan bahwa pengemudi ambulans dan semua penumpang menggunakan sabuk pengaman saat ambulans sedang berjalan.

E. Pengiriman Ambulans Lebih Dari Satu atau dengan Kendaraan Pengiring 
    Ketika polisi mengiringi ambulans mengantar ke lokasi kejadian, mungkin akan timbul beberapa bahaya tambahan. Seringkali terjadi, pengemudi ambulans yang tidak berpengalaman mengikuti mobil pengiring terlalu dekat dan tidak bisa menghentikan ambulans saat kendaraan di depannya berhenti mendadak. Pengemudi ambulans yang tidak berpengalaman bisa saja memiliki anggapan yang keliru bahwa pengemudi kendaraan lain mengetahui bahwa ambulans yang dikendarainya tengah mengikuti mobil pengiring. Pada kenyataannya, pengemudi lain akan berhenti tepat di depan ambulans sesaat setelah kendaraan pengiring melintas. Karena bahaya yang timbul akibat adanya pengiring, sebagian besar sistem EMS tidak merekomendasikan pengiriman ambulans dengan kendaraan pengiring kecuali pengemudi ambulans tidak mengenal lokasi pasien (atau rumah sakit) sehingga harus dipandu oleh polisi. Pada pengiriman ambulans lebih dari satu, bahaya yang timbul dapat serupa seperti yang ditimbulkan kendaraan pengiring, terutama ketika iringan kendaraan melaju pada satu arah yang sama, dengan jarak yang terlalu berdekatan. Bahaya besar juga terjadi ketika dua ambulans melintasi persimpangan jalan pada saat yang sama. Tidak hanya mereka akan kesulitan untuk saling menghindar, tetapi pengemudi kendaraan lain mungkin akan dapat menghindar mobil pertama tapi tidak mobil kedua. Pada intinya, pengemudi ambulans harus memberikan perhatian lebih saat melintasi persimpangan untuk pengiriman ambulans lebih dari satu.

F. Mencari Jalur Alternatif
Jika diperkirakan bahwa ambulans akan terlambat mencapai lokasi pasien, pengemudi ambulans harus mempertimbangkan sebuah jalur alternatif atau meminta pengiriman ambulans lain. Beberapa tip untuk antisipasi adanya kemacetan:
  1. Perkirakan waktu-waktu di mana perubahan keadaan dapat mempengaruhi kecepatan pengiriman.
  2. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan Anda. Kemudian tandai titik-titik pada peta yang biasa timbul masalah lalu lintas seperti area sekolah, jembatan, terowongan, persimpangan rel kereta api, dan area-area padat.
  3. Tandai juga keadaan-keadaan lain yang bisa timbul sewaktu-waktu seperti lokasi pembangunan dan perbaikan jalan ataupun adanya jalan memutar yang panjang maupun pendek.
  4. Gunakan warna yang berbeda, tandai jalur alternatif, jalur salju, dan lain sebagainya.
  5. Gantung sebuah peta di pangkalan dan letakkan sebuah peta lain di dalam ambulans. Sehingga jika Anda kelak menghadapi wilayah yang bermasalah, Anda akan dapat memilih jalur alternatif yang mampu mengantarkan Anda ke tujuan dengan lebih cepat dan lebih aman.

G. Menempatkan Ambulans di Lokasi Kejadian Kecelakaan/Tabrakan
Ketika mengirimkan ambulans ke lokasi kejadian kecelakaan/tabrakan kendaraan, pastikan untuk mengambil segala tindakan guna melokalisir tempat kejadian. 
  1. Lakukan penilaian keamanan lokasi dan tentukan area-area berbahaya di sekitar lokasi kejadian.
  2. Parkirlah ambulans sekurang-kurangnya 100 kaki dari rongsokan kendaraan, jika terlihat ada nyala api, atau kebocoran cairan dan asap yang berbahaya. Jika tidak tampak nyala api atau kebocoran cairan dan asap, parkir sekurang-kurangnya 50 kaki dari rongsokan. set rem parkirnya dan letakkan baji pengganjal roda di bawah ban sedemikian rupa sehingga pergerakan maju akan tertahan bila ambulans terdorng.
  3. Parkirlah ambulans Anda di belakang rongsokan kendaraan (dari arah keadatangan Anda) jika Anda adalah kendaraan emergensi pertama yang ada di lokasi kejadian sehingga lampu peringatan anda dapat memperingatkan kendaraan bermotor lain yang mendekat sebelum nyala api atau tanda lain diletakkan.
  4. Jika lokasi kejadian telah diamankan oleh polisi atau pihak lain
  5. parkirlah di depan rongsokan kendaraan untuk mencegah ambulans Anda tertabrak arus lalu lintas yang datang dari belakang.
  6. Minta seseorang berada di belakang ambulans untuk bertindak sebagai pengarah dan pemandu Anda ketika memundurkan ambulans untuk mengambil pasien, anda memiliki keterbatasan pandangan jika sekedar mengandalkan spion dan kemungkinan resiko menabrak pejalan kaki, benda, atau kendaran lain.

Minggu, 13 Februari 2011

PROSEDUR TETAP MENERIMA DAN MENANGGAPI PANGGILAN EMERGENSI bag 3

Di berbagai daerah di beberapa negara, seseorang hanya butuh menghubungi 911 untuk
mendapatkan akses ambulans, pemadam kebakaran, atau layanan polisi dalam 24 jam
sehari. Seorang EMD (Emergency Medical Dispathcer/Pengirim Pesan Medis Emergensi)
yang berpengalaman akan mencatat seluruh informasi dari penelepon, mananyakan
layanan apa yang dibutuhkan. Di Jogjakarta diharapkan dengan menelpon 118 maka akan
diterima oleh call center (diharapkan RS Sardjito-sebagai pusat rujukan) sehingga akan
dilakukan koordinasi di seluruh AGD 118 Jogjakarta sehingga layanan ambulance
emergency akan segera datang ke lokasi dengan waktu kurang dari 10 menit.
Peran EMD (Pengirim Kabar Medis Emergensi)

Tugas seorang EMD adalah sebagai berikut :
• Menanyakan informasi secara lengkap dari penelepon dan menilai tingkat prioritas
panggilan emergensi tersebut.
• Memberikan instruksi medis kepada penelepon sebelum ambulans datang dan
menyampaikan informasi adanya panggilan emergensi kepada kru ambulans.
• Mengirimkan kabar dan melakukan koordinasi petugas pelayanan kesehatan
(termasuk ambulans gawat darurat)
• Beroordinasi dengan agen keselamatan masyarakat lainnya.

Saat menerima panggilan emergensi, seorang EMD harus mampu memperoleh informasi
sebanyak mungkin mengenai situasi dan kondisi kejadian untuk membantu menentukan
tingkat prioritas panggilan. Pertanyaan yang harus diajukan oleh EMD adalah :
1. Di mana lokasi tepat pasien? Seorang EMD harus menanyakan nomor rumah atau
bangunan. Sangat penting untuk menanyakan nama jalan dengan penunjuk arah mata
angin yang jelas (misalnya utara, selatan), persimpangan jalan terdekat, dan lokasi
tepat kejadian. Apabila terjadi kecelakaan lalu lintas perlu ditanyakan mengenai arus
lalu lintas, dan jalur yang dapat dilewati , kemacetan dll. Jika EMD menemukan bahwa
semua jalur menuju lokasi tabrakan terhambat, maka EMD akan memberitahu
pengemudi ambulans untuk memilih jalur alternatif. EMD akan berkoordinasi dengan
unit ambulance service dan akan menghubungi ambulance yang terdekat dengan
lokasi pasien, sehingga ambulance akan cepat sampai lokasi kejadian.
2. Nomor telepon yang dapat dihubungi untuk melakukan panggilan balik? Minta
penelepon untuk tetap menjaga sambungan telepon. Jangan ditutup kecuali atas
pemberitahuan EMD. Untuk situasi/kasus yang mengancam jiwa, EMD akan
memberikan instruksi medis kepada penelepon sesaat setelah ambulans dikirim.
Penelepon atau orang lain yang ada di lokasi kejadian harus mengikuti instruksi ini
hingga ambulans datang. Hal penting lain yang perlu diperhatikan oleh penelepon
adalah agar tetap terhubung dengan EMD untuk menjelaskan lokasi tepat kejadian
seandainya ambulans yang telah dikirim tidak menemukan lokasi yang diinformasikan
sebelumnya.
3. Apa masalahnya? Tanyakan keluhan utama yang dihadapi pasien. Ini akan
membantu EMD untuk memutuskan panggilan emergensi mana yang akan ditanggapi
(jika panggilan lebih dari satu) dan membantu menentukan tingkat prioritas pasien
dalam pengiriman ambulans.
4. Berapa usia pasien? Ada beberapa jenis ambulans yang dirancang khusus untuk
penanganan kasus emergensi anak-anak daripada dewasa, sehingga akan lebih dipilih
untuk dikirim. Selain itu, usia juga sangat penting untuk membedakan antara bayi,
anak-anak, dan dewasa terutama jika EMD memberikan instruksi kepada penelepon
untuk melakukan RJP sebelum ambulans datang.
5. Apakah pasien sadar? Pasien yang tidak sadar memiliki tingkat kegawatan/prioritas
yang lebih tinggi untuk dilakukan pertolongan.
6. Apakah pasien bisa bernafas? Jika pasien sadar dan bisa bernafas, EMD akan
mengajukan pertanyaan tambahan mengenai keluhan utama untuk menentukan tingkat
tanggap darurat yang tepat, hal ini menentukan apakah jenis panggilan termasuk dalam
kategori EMERGENCY atau Non EMERGENCY sehingga menentukan apakah akan
dikirim ambulans respon non emergency dengan kecepatan kendaraan normal atau
ambulans respon emergency (keadaan darurat, lampu dan sirine dinyalakan). Jika
pasien tidak bernafas atau penelepon tidak yakin, EMD akan mengirimkan ambulans
tanggap darurat maksimum dan akan memberikan instruksi medis sebelum ambulans
datang termasuk instruksi RJP via telepon jika didapatkan denyut nadi pasien tidak teraba.
Jika panggilan darurat adalah untuk kecelakaan lalu lintas, serangkaian pertanyaan kunci
harus diajukan untuk membantu menentukan prioritas dan besarnya tanggapan. Melalui
interogasi yang baik dengan penelepon, EMD bisa saja mengirimkan sekaligus satu atau
lebih unit ambulans respon emergency dan beberapa unit ambulans pembantu respon
untuk penanganan korban.
7. Berapa banyak dan apa sajakah jenis kendaraan yang terlibat? EMD harus
mampu menetukan, berapa banyak kendaraan yang terlibat dalam kecelakaan dan
apakah kecelakaan melibatkan mobil, truk, atau bis. Cedera apapun yang diakibatkan dari
tabrakan yang melibatkan sepeda, motor, atau pejalan kaki dengan mobil harus
memperoleh prioritas tanggap darurat yang lebih tinggi. Jika EMD menemukan bahwa
kecelakaan tersebut melibatkan truk, EMD harus mencoba menentukan kemungkinan
apakah kendaraan tersebut membawa bahan muatan yang berbahaya.
8. Berapa banyak kemungkinan korban cedera? Ketika EMD memperoleh informasi
dari penelepon bahwa ada lima orang yang cedera, maka EMD akan mengirimkan dua
atau tiga ambulans dalam saat yang bersamaan. Waktu dan mungkin nyawa, dapat
diselamatkan dengan mengetahui jumlah korban cedera pada kecelakaan/tabrakan.
9. Apakah korban terjebak? Jika korban terjebak, maka dibutuhkan pula pengiriman unit
penyelamat.

PROSEDUR TETAP OPERASIONAL AMBULANS GAWAT DARURAT bag 2

PERSIAPAN AMBULANS GAWAT DARURAT
Sebuah ambulans modern yang dilengkapi dengan berbagai perlengkapan canggih
sekalipun tidak akan bernilai apa-apa kecuali jika selalu dalam keadaan siap untuk
memberikan pelayanan kapanpun dan di manapun terjadi kasus emergensi. Suatu
program preventif yang terencana pasti mencakup perbaikan ambulans secara periodik.

A. Pemeriksaan Ambulans (mesin mati)
Berikut ini adalah langkah-langkah pemeriksaan yang dapat dilakukan ketika ambulans
berada di pangkalan:
1. Periksa seluruh badan ambulans. Cari kerusakan yang dapat mempengaruhi
jalannya pengoperasian yang aman.
2. Periksa roda dan ban. Periksa adanya kerusakan atau robeknya pelek roda dan
bagian luar ban. Gunakan alat pengecek/meteran tekanan untuk memastikan semua
ban mengembang dengan tekanan tepat.
3. Periksa spion dan jendela. Cari kaca yang pecah dan longgar dan periksa apakah
ada bagian yang hilang. Pastikan spion bersih dan diposisikan dengan tepat sehingga
didapatkan lapang pandang maksimum.
4. Periksa fungsi setiap pintu dan kunci.
5. Periksa bagian-bagian sistem pendingin. Periksa jumlah freon/bahan pendingin.
Periksa selang pipa sistem pendingin dari kebocoran atau keretakan.
6. Periksa jumlah cairan kendaraan, termasuk minyak mesin dan pelumas rem, air aki,
dan pelumas setir.
7. Periksa aki. Jika jenisnya aki basah yang bisa diisi ulang, periksa jumlah cairannya.
Jika aki tipenya aki kering, nilai keadaannya dengan memeriksa portal indikator.
Periksa kekencangan hubungan antar kabel dan tanda-tanda korosi.
8. Periksa kebersihan permukaan bagian dalam ambulans termasuk dashboard dan
periksa adanya kerusakan.
9. Periksa fungsi jendela. Pastikan bahwa permukaan dalam setiap jendela bersih.
10. Tes fungsi klakson
11. Tes fungsi sirine untuk jarak dengar maksimum
12. Periksa sabuk pengman. Pastikan setiap sabuk tidak rusak. Tarik setiap sabuk dari
gulungannya untuk memastikan bahwa mekanisme retraktor bekerja dengan baik.
13. Posisikan kursi pengemudi senyaman mungkin sehingga bisa mengendalikan setir
dan pedal dengan optimal.
14. Periksa jumlah bahan bakar. Isi bahan bakar setelah setiap kali panggilan
dimanapun kejadiannya.

B. Pemeriksaan Ambulans (mesin menyala)
Nyalakan mesin terlebih dahulu untuk memulai pemeriksaan selanjutnya. Keluarkan
ambulans dari ruangan penyimpanan jika mesin mengeluarkan asap yang mungkin bisa
menjadi masalah. Set rem parkir, pindahkan perseneling ke posisi parkir dan minta rekan
Anda mengganjal roda sebelum melakukan tahapan berikut :
1. Tes fungsi indikator yang terletak di dashboard untuk melihat apakah lampu
indikator dapat menyala dengan baik untuk menunjukkan adanya kemungkinan
masalah yang terjadi pada tekanan oli, suhu mesin, atau sistem elektrik ambulan
lainnya.
2. Periksa meteran yang terletak di dashboard untuk pengoperasian ambulans yang
optimal.
3. Tes fungsi rem, injak rem kaki, catat apakah fungsi pedal rem sudah tepat atau
berlebihan. Periksa tekanan udara rem kaki jika dibutuhkan.
4. Tes fungsi rem parkir (rem tangan). Pindahkan perseneling ke posisi mengemudi.
Pindahkan kembali perseneling ke posisi parkir segera setelah Anda memastikan
bahwa rem parkir berfungsi dengan baik.
5. Tes fungsi setir. Putar setir ke berbagai arah.
6. Periksa fungsi alat penyapu kaca (wiper) depan dan alat pencucinya (washer). Kaca
harus bisa disapu bersih setiap kali alat penyapu digerakkan.
7. Tes fungsi lampu peringatan (warning lights) ambulans. Minta rekan Anda berjalan
mengitari ambulans dan memeriksa fungsi setiap lampu kilat (flashing light) dan lampu
putar (revolving light).
8. Tes fungsi lampu ambulans lainnya. Minta rekan Anda berjalan lagi mengitari dan
memeriksa ambulans. Pada kesempatan ini periksa lampu depan (sinar jauh dan
dekat), nyalakan lampu sinyal/weser (signal light), lampu kilat perempatan (four way
flasher), lampu rem (brake light), lampu samping (side light) dan lampu belakang (rear
light) untuk penerangan tempat kejadian.
9. Periksa fungsi perlengkapan pemanas dan pendingin baik di kompartemen
pengemudi maupun kompateman pasien. Lakukan juga pemeriksaan alat isap
(suction) on-board pada kesempatan ini jika mesin sedang menyala.
10. Periksa cairan perseneling.
11. Operasikan perlengkapan komunikasi. Lakukan uji radio portabel dan demikian pula
dengan radio terfikrsir serta alat komunikasi radio telepon lain.

C. Pemeriksaan Persediaan dan Perlengkapan Kompartemen Pasien
Periksa persediaan dan perlengkapan perawatan serta perlengkapan ”life support”.
Pastikan bahwa telah dilakukan pemeriksaan atas setiap peralatan yang harus dibawa
dalam ambulans, dengan mencatat setiap temuan pada laporan pemeriksaan. Peralatan
tersebut tidak sekedar diidentifikasi, namun harus diperiksa pula kelengkapan, keadaan,
dan fungsinya. Beberapa hal yang perlu dilakukan pemeriksaan meliputi:
1. Periksa tekanan tabung oksigen.
2. Pompa bidai udara dan periksa apakah ada kebocoran.
3. Pastikan semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan baik.
4. Periksa juga apakah peralatan penyelamatan berdebu dan berkarat.
5. Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan bahwa setrum aki
berfungsi dengan baik.
6. Untuk perlengkapan khusus, seperti defibrilator eksterna otomatis (AED)
membutuhkan pemeriksaan tambahan.
7. lengkapilah laporan pemeriksaan Anda. Perbaiki segala kekurangan. Ganti barang-
barang yang hilang. Pastikan pengawas Anda mengetahui adanya kekurangan
yang tidak bisa Anda perbaiki langsung.
8. Di akhir pemeriksaan, bersihkan unit ambulans untuk mengendalikan kemungkinan
adanya infeksi dan untuk memperbaiki tampilan.
Menjaga penampilan ambulans juga akan menambah kesan positif Ambulans Anda di
mata masyarakat. Mereka yang bangga pada pekerjaan ini, akan menunjukkan rasa
bangganya dengan menjaga penampilan ambulansnya

PROSEDUR TETAP RESPON MEDIS AKUT DI PHASE PRA-RUMAH SAKIT bag 1

A. Protap Operasional Ambulans Gawat Darurat
I. Persiapan Ambulans Gawat Darurat
II. Menerima dan menanggapi panggilan emergency
III. Mengoperasikan Ambulans Gawat Darurat
IV. Memindahkan pasien ke Ambulans
V. Transportasi pasien ke rumah sakit
VI. Memindahkan pasien ke Unit Gawat Darurat
VII. Mengakhiri Panggilan


B. Protap Medis khusus (Basic/Advanced Life Support)
I. Initial Assessment dan Triage
II. Manajemen Airway Breathing
• Chin Lift-Head Tilt/Jaw Thrust
• Penggunaan pipa Orofaring
• Penggunaan pipa Nasofaring
• Penggunaan Suction
• Penanganan obstruksi jalan napas (Chooking
• Needle krikotiroidotomi
• Intubasi Orothrakheal
• Terapi Oksigen
• Pernapasan bantuan
III. Resusitasi Jantung dan Paru
IV. Syok Perdarahan
V. Memindah dan Mengangkat pasien